Catatan Prasetyo Abu Kaab

8 Mei 2016

Kajian Ushul Sittah | Enam Landasan dalam Beragama

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
مِنْ أَعْجَبِ الْعُجَابِ ، وَأَكْبَرِ الآيَاتِ الدَّالَةِ عَلَى قُدْرَةِ الْمَلِكِ الْغَلَّابِ سِتَّةُ أُصُوْلٍ بَيَّنَهَا اللهُ تَعَالَى بَيَانًا وَاضِحًا لِلْعَوَامِّ فَوْقَ مَا يَظُنُّ الظَّانُّوْنَ، ثُمَّ بَعْدَ هَذَا غَلِطَ فَيْهَا أَذْكِيَاءُ الْعَالَمِ وَعُقَلَاءُ بَنِيْ آدَمَ إِلَّا أَقَلَّ الْقَلِيْلِ .
Di antara perkara yang sangat menakjubkan dan sekaligus sebagai tanda yang sangat besar atas kekuasaan Allah Ta’ala adalah enam landasan yang telah Allah Ta’ala terangkan dengan sangat gamblang sehingga mudah dipahami oleh orang-orang awam sekalipun, lebih dari yang disangka oleh orang-orang. Namun setelah ini, orang-orang yang cerdas dan berakal dari kalangan Bani Adam keliru dalam masalah itu, kecuali sedikit sekali dari mereka.
--------------------------
  • Basmalah
    • tujuan, yaitu meminta keberkahan dan pertolongan
    • perbedaan arrahman dan arrahim
  • Penjelasan umum tentang isi kitab, yaitu enam perkara pokok yang banyak orang keliru
  • Sebab kekeliruan, yaitu
    • hanya mencukupkan alquran sbg bahan bacaan, tnp tadabbur
    • taklid kepada nenek moyang


اَلْأَصْلُ الْأَوَّلُ : إِخْلَاصُ الدِّيْنِ لِلهِ تَعَالَى وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لهُ ، وَبَيَانُ ضِدِّهِ الذِيْ هُوَ الشِّرْكُ بِاللهِ، وَكَوْنُ أَكْثَرِ الْقُرْآنِ فِي بَيَانِ هَذَا الْأَصْلِ مِنْ وُجُوْهٍ شَتَّى بِكَلَامٍ يَفْهَمُهُ أَبْلَدُ الْعَامَّةِ، ثُمَّ صَارَ عَلَى أَكْثَرِ الْأُمَّةِ مَا صَارَ . أَظْهَرَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ الْإِخْلَاصَ فِي صُوْرَةِ تَنَقُّصِ الصَّالِحِيْنَ وَالتَّقْصِيْرِ فِي حُقُوْقِهِمْ، وَأَظْهَرَ لَهُمُ الشِّرْكَ بِاللهِ فِي صُوْرَةِ مَحَبَّةِ الصَّالِحِيْنَ وَاتِّبَاعِهِمْ .

Landasan Pertama - Ikhlas dan penjelasan lawannya, yaitu syirik 

Mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah semata tiada sekutu bagi-Nya, dan penjelasan lawannya yaitu kesyirikan terhadap Allah. Banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan landasan tersebut dari berbagai sisi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh orang awam yang paling bodoh sekalipun. Kemudian seiring berjalannya waktu, tatkala terjadi perubahan pada mayoritas masyarakat, setan menampakkan kepada mereka keikhlasan dalam bentuk penghinaan kepada orang-orang shalih dan merendahkan hak-hak mereka serta menampakkan kesyirikan kepada Allah Ta’ala dalam bentuk kecintaan kepada orang-orang shalih dan pengikut mereka.
-------------------------
  • Perkataan Ibnul Qayyim : Semua ayat dalam al-quran berbicara tentang tauhid
  • Makna tauhid (jika disebutkan terpisah) ialah tauhid uluhiyah
  • Semua umat manusia mengakui tauhid rububiyah, baik secara fithrah maupun dhoruriy
  • Wajibnya mencintai orang shalih, dan larangan berlebihan di dalamnya
اَلْأَصْلُ الثَّانِيْ أَمَرَ اللهُ بِالاجْتِمَاعِ فِي الدِّيْنِ وَنَهَى عَنِ التَّفَرُّقِ، فَبَيَّنَ اللهُ هَذَا بَيَانًا شَافِيًا تَفْهَمُهُ الْعَوَامُّ ، وَنَهَانَا أَنْ نَكُوْنَ كَالذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا قَبْلَنَا فَهَلَكُوْا، وَذَكَرَ أَنَّهُ أَمَرَ الْمُسْلِمِيْنَ بِالاجْتِمَاعِ فِي الدِّيْنِ وَنَهَاهُمْ عَنِ التَّفَرُّقِ فِيْهِ ، وَيَزِيْدُهُ وُضُوْحًا مَا وَرَدَتْ بِهِ السُّنَّةُ مِنَ الْعَجَبِ الْعُجَابِ فِي ذَلِكَ، ثُمَّ صَارَ الْأَمْرُ إِلَى أَنَّ الافْتِرَاقَ فِي أُصُوْلِ الدِّيْنِ وَفُرُوْعِهِ هُوَ الْعِلْمُ وَالْفِقْهُ فِي الدِّيْنِ، وَصَارَ الْأَمْرُ بِالاجْتِمَاعِ لَا يَقُوْلُهُ إِلَّا زِنْدِيْقٌ أَوْ مَجْنُوْنٌ

Landasan Kedua - Bersatu di atas agama dan larangan berserai berai

Allah memerintahkan kita bersatu dalam menjalankan agama-Nya dan melarang bercerai-berai. Allah Ta’ala telah menjelaskan masalah tersebut dengan gamblang sehingga bisa dipahami oleh orang awam sekalipun. Dia melarang kita mengikuti orang-orang sebelum kita, yang bercerai-berai dan berselisih sehingga mereka binasa. Hal tersebut juga dijelaskan dalan As-Sunnah. Namun di kemudian hari, bercerai-berai dalam pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya dianggap sebagai ilmu dan pengetahuan agama, sedangkan bersatu dalam menjalankan agama malah dianggap sebagi sesuatu yang hanya pantas dilontarkan oleh orang-orang zindiq atau gila.
--------------------------
  • Dalil wajibnya bersatu, dan larangan bercerai-berai
  • Kaedah yang salah : bersatu atas hal-hal yang disepakati, dan memberi di dalam hal-hal yang diperselisihkan
  • Hadis tidak ada asalnya : ikhtilaafu ummatiy rahmah
  • Wajib mengembalikan perkara kepada al-quran dan sunnah jika terjadi ikhtilaf
  • Kaedah : Tidak ada pengingkaran dalam permasalah ijtihadiy
اَلْأَصْلُ الثَّالِثُ أَنَّ مِنْ تَمَامِ الاجْتِمَاعِ السَّمْعَ وَالطَّاعَةَ لِمَنْ تَأَمَّرَ عَلَيْنَا وَلَوْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا ، فَبَيَّنَ النَبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ هَذَا بَيَانًا شَائِعًا ذَائِعًا بِكُلِّ وَجْهٍ مِنْ أَنْوَاعِ الْبَيَانِ شَرْعًا وَقَدَرًا ، ثُمَّ صَارَ هَذَا الْأَصْلُ لَا يُعْرَفُ عِنْدَ أَكْثَرِ مَنْ يَدَّعِيْ الْعِلْمَ فَكَيْفَ الْعَمَلُ بِهْ؟

Landasan Ketiga - Mendengar dan taat kepada para pemegang kekuasaan

Sesungguhnya untuk lebih menyempurnakan landasan yang kedua, yaitu bersatu dalam menjalankan agama, diperlukan sikap mau mendengar dan taat kepada para pemegang pemerintahan, walaupun ia seorang budak Habsyi. Allah Ta’ala telah menjelaskan hal ini dengan penjelsan yang indah, lengkap dan sempurna, baik dari sisi syar’i maupun qadari (kauniyah/bukti), sehingga tidak membutuhkan penjelasan lagi. Kemudian perkara ini berubah menjadi satu hal yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang yang mengaku berilmu. Oleh karena itu, bagaimana mereka bisa mengamalkannya?
--------------------------
  • Pentingnya imam dan jamaa'ah
  • Dalil wajibnya mendengar dan taat kepada pemerintah kaum muslimin

اَلْأَصْلُ الرَّابِعُ بَيَانُ الْعِلْمِ وَالْعُلَمَاءِ ، وَالْفِقْهِ وَالْفُقَهَاءِ ، وَبَيَانُ مَنْ تَشَبَّهَ بِهِمْ وَلَيْسَ مِنْهُمْ ، وَقَدْ بَيَّنَ اللهُ تَعَالَى هَذَا الْأَصْلَ فِيْ أَوَّلِ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ مِنْ قَوْلِهْ : {يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُواْ نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ ...}[سورة البقرة، الآية: 40] ، إِلَى قَوْلِهِ قَبْلَ ذِكْرِ إِبْرَاهِيْمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ : {يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ ...}[سورة البقرة، الآية: 47] الآية . وَيَزِيْدُهُ وُضُوْحًا مَا صَرَّحَتْ بِهِ السُّنَّةُ فِيْ هَذَا مِنَ الْكَلَامِ الْكَثِيْرِ الْبَيِّنِ الْوَاضِحِ لِلْعَامِّيِّ الْبَلِيْدِ ، ثُمَّ صَارَ هَذَا أَغْرَبَ الْأَشْيَاءِ ، وَصَارَ الْعِلْمُ وَالْفِقْهُ هُوَ الْبِدَعُ وَالضَّلَالَاتِ ، وَخِيَارُ مَا عِنْدَهُمْ لَبْسُ الْحَقِّ بِالْبَاطِلِ ، وَصَارَ الْعِلْمُ الذِيْ فَرَضَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَى الْخَلْقِ وَمَدَحَهُ لَا يَتَفَوَّهُ بِهِ إِلَّا زِنْدِيْقٌ أَوْ مَجْنُوْنٌ ، وَصَارَ مَنْ أَنْكَرَهُ وَعَادَاهُ وَصَنَّفَ فِيْ التَّحْذِيْرِ مِنْهُ وَالنَّهْيِ عَنْهُ هُوَ الْفَقِيْهُ الْعَالِمُ

Landasan Keempat - Penjelasan tentang ilmu dan ulama, fikih dan ahli fikih, dan orang-orang yang menyerupai mereka, namun bukan termasuk mereka

Landasan keempat ini berisi penjelasan tentang ilmu dan ulama, fikih, dan ahli fikih serta orang yang berlagak seperti mereka namun tidak termasuk golongan mereka. Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan landasan ini dalam awal surat Al-baqarah dalam firmannya: "Hai Bani Israil, ingatlah kalian kepada nikmat-Ku yang Aku berikan kepada kalian dan penuhilah janji-Ku, niscaya Aku penuhi janji kalian.” (QS. al-Baqarah: 4) sampai firmannya: "Hai, Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang Aku berikan kepada kalian dan sesungguhnya Aku telah melebihkan kalian atas seluruh manusia.” (QS. al-Baqarah: 47).
Sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga menjelaskan hal ini sehingga menjadi semakin jelas dan gamblang bagi orang awam yang bodoh sekalipun. Akan tetapi, di kemudian hari perkara ini menjadi sesuatu yang paling asing; ilmu dan fikih dianggap sebagai bid’ah dan kesesatan. Pilihan terbaik menurut mereka adalah mengaburkan antara yang hak dan yang batil. Mereka menganggap ilmu yang wajib dipelajari manusia dan pujian bagi orang-orang yang berilmu hanyalah bualan orang-orang zindiq atau gila, sedangkan orang yang mengingkari dan memusuhi ilmu serta melarang orang-orang yang mempelajarinya dianggap sebagai orang yang fakih dan ‘alim.
--------------------------
  • Ilmu yang dipuji dalam syariat ialah ilmu agama
  • Diantara penyalahgunaan pemakaian ilmu : menghubungkan al-quran dengan teori tertentu
  • Keutamaan ilmu

اَلْأَصْلُ الْخَامِسُ بَيَانُ اللهِ سُبْحَانَهُ لِأَوْلِيَاءِ اللهِ وَتَفْرِيْقُهُ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْمُتَشَبِّهِيْنَ بِهِمْ مِنْ أَعْدَاءِ اللهِ وَالْمُنَافِقِيْنَ وَالْفُجَّارِ، وَيَكْفِيْ فِيْ هَذَا آيَةٌ فِيْ آلِ عُمْرَانَ وَهِيَ قَوْلُهُ: {قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّهُ ...}[سورة آل عمران، الآية: 31] الآية ، وَآيَةٌ فِيْ الْمَائِدَةِ وَهِيَ قَوْلُهُ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهِ فَسَوْفَ يَأْتِيْ اللّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّوْنَهُ ...}[سورة المائدة، الآية: 54] الآية ، وَآيَةٌ فِيْ يُوْنُسَ وَهِيَ قَوْلُهُ: {أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللّهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ . الذِيْنَ آمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَ}[سورة يونس ، الآيتان: 62-63] ، ثُمَّ صَارَ الْأَمْرُ عِنْدَ أَكْثَرِ مَنْ يَدَّعِيْ الْعِلْمَ وَأَنَّهُ مِنْ هُدَاةِ الْخَلْقِ وَحُفَّاظِ الشَّرْعِ ، إِلَى أَنَّ الْأَوْلِيَاءَ لَا بُدَّ فِيْهِمْ مِنْ تَرْكِ اتِّبَاعِ الرُّسُلْ وَمَنْ تَبِعَهُمْ فَلَيْسَ مِنْهُمْ . يَا رَبَّنَا نَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ إِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاءِ

Landasan Kelima - Penjelasan tentang siapa wali-wali Allah

Landasan kelima ini berisi penjelasan tentang wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan perbedaan mereka dengan musuh-musuh Allah Ta’ala dari kalangan orang-orang munafik dan orang-orang jahat yang menyerupai mereka. Dalam masalah ini cukuplah kita memperhatikan satu ayat dari surat Ali ‘Imran yakni firman-Nya: "Katakanlah, ’Jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian.” (QS. Ali ‘Imran: 31). Dan satu ayat dalam surat al-Maidah yakni firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman, siapa di antara kalian yang murtad dari agama Allah, maka Allah akan mendatangkan satu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka mencintai-Nya.” (QS al-Maidah: 54). Serta satu ayat dalam surat Yunus yakni firman-Nya: "Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak akan merasa ketakutan dan tidak pula merasa bersedih hati (yakni) orang-orang yang beriman dan mereka tetap bertakwa.” (QS. Yunus: 62).
Kemudian makna wali-wali Allah ini diubah oleh mereka yang mengaku memiliki ilmu dan sanggup memberi petunjuk kepada manusia serta menguasai ilmu-ilmu syari’at. Mereka menganggap bahwa wali-wali Allah Ta’ala adalah mereka yang meninggalkan teladan para rasul, sedangkan yang meneladani para rasul bukan wali-wali Allah Ta’ala. Selain itu, menurut mereka, para wali mereka yang meninggalkan jihad, keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Barangsiapa yang berjihad, beriman dan bertakwa kepada Allah Ta’ala, maka dia bukan termasuk wali.
Ya Allah, kami mohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan (dari anggapan sesat mereka). Sesungguhnya Engkau maha mengabulkan doa.
--------------------------
  • Ayat ujian
  • Empat sifat wali Allah yg merupakan tanda dan buah cinta kepada Allah
  • Dua sifat wali Allah : iman dan takwa

اَلْأَصْلُ السَّادِسُ رَدُّ الشُّبْهَةِ(1) التِيْ وَضَعَهَا الشَّيْطَانُ فِيْ تَرْكِ الْقُرْآنِ وَالسُّنَّةِ وَاتِّبَاعِ الْآرَاءِ وَالْأَهْوَاءِ الْمُتَفَرِّقَةِ الْمُخْتَلِفَةِ ، وَهِيَ أَيْ الشُّبْهَةِ(2) التِيْ وَضَعَهَا الشَّيْطَانُ هِيَ أَنَّ الْقُرْآنَ وَالسُّنَّةَ لَا يَعْرِفُهُمَا إِلَّا الْمُجْتَهِدُ الْمُطْلَقُ، وَالْمُجْتَهِدُ هُوَ الْمَوْصُوْفُ بِكَذَا وَكَذَا أَوْصَافًا لَعَلَّهَا لَا تُوْجَدُ تَامَّةً فِيْ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ الْإِنْسَانُ كَذَلِكَ فَلْيُعْرِضْ عَنْهُمَا فَرْضًا حَتْمًا لَا شَكَّ وَلَا إِشْكَالَ فِيْهِ ، وَمَنْ طَلَبَ الْهُدَى مِنْهُمَا فَهُوَ إِمَّا زِنْدِيْقٌ ، وَإِمَّا مَجْنُوْنٌ لِأَجْلِ صُعُوْبَتِهِمَا . سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ ، َوَالْأَمْرُ بِرَدِّ هَذِهِ الشُّبْهَةِ الْمَلْعُوْنَةِ مِنْ وُجُوْهٍ شَتَّى بَلَغَتْ إِلَى أَمْرِ الضَّرُوْرِيَّاتِ الْعَامَّةِ ، وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ ، {لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَى أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ . إِنَّا جَعَلْنَا فِيْ أَعْنَاقِهِمْ أَغْلَالًا فَهِيَ إِلَى الأَذْقَانِ فَهُمْ مُّقْمَحُوْنَ . وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ . وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ . إِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيْمٍ}[سورة يس ، الآيات: 7-11] . آخِرُهُ ، وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

Landasan Keenam - Bantahan terhadap syubhat yang dilontarkan oleh setan, yang berisi ajakan untuk meninggalkan al-Quran dan as-Sunnah

Landasan keenam berisi bantahan terhadap syubhat yang dilontarkan oleh setan yang mengajak manusia meninggalkan Al Qur’an dan As Sunnah kemudian mengikuti pendapat hawa nafsu yang beragam. Syubhat yang mereka lontarkan adalah bahwa Al Qur’an dan As Sunnah tidak bisa dipahami kecuali oleh seoarng mujtahid, sedangkan mujtahid adalah seseorang yang mempunyai kriteria tertentu yang barangkali tidak akan dapat dimiliki oleh siapa pun, termasuk Abu Bakar dan Umar. Oleh karena itu, wajib bagi kita meninggalkan Al Qur'an dan As Sunnah, tidak ragu dan tidak samar lagi. Barangsiapa yang mencari petunjuk dari Al Qur’an dan As Sunnah, maka dia adalah zindiq atau gila, karena ketidakmungkinan memahami keduanya.
Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya. Betapa banyak penjelasan Allah Subhanahu wa Ta’ala , baik dengan perintah-perintah dan larangan maupun dengan hukum-hukum kauni dalam membantah syubhat yang tercela ini mencakup berbagai seginya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Allah Ta’ala berfirman: "Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, kerena mereka tidak beriman. Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, sehingga mereka tertengadah. Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman. Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Allah Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Na. Berilah kabar gembira (kepada orang-orang seperti ini) ampunan dan pahala yang mulia.” (QS. Yaasin: 7-11).
Akhirnya, segala puji bagi Allah Rabbul’Alamin dan shalawat dan salam semoga terlimpah atas Nabi Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya sampai hari kiamat.
--------------------------
  • 3 macam isi al-quran
  • contoh ayat-ayat yg dapat difahami orang awam
Maraji' :
- Syarh Ushul Sittah Syaikh Shalih Fauzan
- Syarh Ushul Sittah Syaikh 'Utsaimin

3 komentar:

  1. bismillah

    ijin copas matan al ushul as sittah, jazakallahu khayra

    tp maaf sepertinya ada yg kurang di ثُمَّ صَارَ, kurang kata لما

    BalasHapus
  2. Afwan, apa tdk keliru terjemah dr pondasi ketiga?

    Bukannya Rasullullah shallallahu 'alayhi wa sallam yg menjelaskan?

    BalasHapus
  3. Bismillaahirrahmaanirrahiim
    Izin menyimpan, syukran wa jazaakumullahu khoiran

    BalasHapus